JOGJAKARTA, memograph– Banyak cara para penggiat seni untuk tetap berkreasi di tengah pandemi. Misalnya yang dilakukan para seniman Jogjakarta yang menyelenggarakan Hari Raya Seni Rupa Jogja #Dirumah_aja.
Mereka menyelenggarakan pameran di studio masing-masing. Mereka yang terlibat dalam kegiatan tersebut adalah seniman legendaris Jogja di antaranya, Ki Mujar Sangkerta, Ardian Kresna, Made Toris Mahendra, Timbul Raharjo, Ponimin, Subandi Giyanto, Astuti Kusumo, Samuel Indrarma, Endang Lestari, dan Putu Sutawijaya.

Salah satu kegiatan yang diselenggarakan misalnya workshop. Seperti menggambar bersama dan membuat wayang kardus daur ulang di Sekolah Rakyat Berdaulat (Berdaya, Berusaha, lan Tawakal)-Kalasan Anak Alam (Kalam) yang didirikan oleh Ki Mujar Sangkerta yang berlokasi di Kampung Kembang Sentikan, Tirtomartani, Kalasan, Jogjakarta.
Ki Mujar Sangkerta merupakan kriyawan kelahiran Jember, Jawa Timur pada 25 September 1966. Dia merupakan seorang budayawan dan seniman, khususnya sebagai kriyawan atau perupa yang concern pada seni berbahan logam.
Gelar Ki yang disandangnya sampai saat ini diperoleh dari mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada masa pemerintahan Suharto yaitu Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro yang kala itu menjabat pada tahun 1993 – 1998.
Walaupun dikenal sebagai kriyawan, Ki Mujar juga memiliki berbagai karya seni lain berupa seni wayang, seni teater, seni musik, seni tari, bahkan merambah ke dalam bidang sastra.
Selain itu, Ki Mujar juga memiliki nama lain Mujar Mahasiswantoro. Dia juga dikenal sebagai pendiri Institut Sangkerta Indonesia Jogjakarta dan juga sebagai pencipta pagelaran wayang alternatif yang berbahan dasar dari logam bernama Wayang Milehnium Wae.
Baca Juga:
Ki Mujar Sangkerta merupakan anak dari pasangan Hadi Susanto dan Mujiyati. Darah seni dia dapat dari orang tuanya yang juga penggiat budaya. Ki Mujar kecil diajarkan beragam kesenian misalnya, macapatan, geguritan, menembang, bahkan sampai menggambar. Selama tahun 1970 – 1980 Mujar kecil berulang kali menjuarai berbagai lomba kesenian seperti tari ngremo, berdeklamasi, dan bahkan pernah menjadi juara favorit lomba lukis se-Jawa Timur.
Atas dasar bakat seni didalam diri Mujar, kedua orangtuanya pun sepakat untuk mengarahkan Mujar agar meneruskan sekolah menengah pertamanya (SMP) di provinsi Jogjakarta. Hal itu bertujuan untuk mengembangkan bakat kesenian Mujar di bawah arahan pamannya bernama Darmo yang juga merupakan seorang guru seni di SMPN Rambipuji Jogjakarta.
Pamannya yang juga kerap dipanggil Om Darmo itulah yang menganjurkan Mujar untuk meneruskan pendidikan formal ke Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Jogjakarta yang dulunya terletak di daerah Kuningan Gejayan dekat kampus IKIP Jogjakarta. Setelah lulus dari SMSR, Mujar memutuskan untuk kembali meneruskan studi formalnya tentang seni rupanya di Fakultas Seni Rupa dan Desain, jurusan Seni Kriya Logam, Institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta. (rls/agg)
ALHAMDULILLAH AAMIN YRA. Terimakasih Ya Alloh. Sudah kau beri kami kenikmatan tiap detik dalam setiap hembusan nafas kami. Semua ini hanya karena Syafaat para Aulia Guru Silsilah yg Maha Dahzat. Maturnuwun sanget Kpd Yt. Redaktur MEMOGRAPH.ID yang telah meliput dan mempromosikan karya-karya kami baik karya SENI KRIYA LOGAM KONTEMPORER maupun Pagelaran Alternatif kami WAYANG MILEHNIUM WAE serta kegiatan2 Workshop kami di HARI RAYA SENI RUPA JOGJA. Salam hormat dan cinta tanpa batas. Love: KI MUJAR SANGKERTA.